Lihat dari fotonya saja sudah
bisa ditebak, aku mau berceloteh tentang apa dan siapa.
Novel S.U.W.U.N.G karya Hendra
Purnama.
Ini memang sangat TERLAMBAT
karena aku menikmati sensasinya terlalu lama. Sensasi apa? Tentu saja, efek
bacaan terutama novel. Biasanya sampe beberapa jam, hari, atau pecan saja, tapi
Suwung anehnya tidak cukup dalam hitungan pecan. Bahkan terus terang saja,
sampai sekarang masih dalam kondisi memburu. PENASARAN.
“Suwung? Apaan sih?”
“Emang beneran ada gitu orang
yang berkepribadian ganda?”
Percaya nggak percaya, itu yang
aku ributkan dengan Najm Layla.
Singkat cerita : Irwan adalah
cinta pertama Zaki yang ternyata malah berjodoh dengan Nisa, sahabatnya. So,
Zaki mundur dan menghilang cukup lama. Selama masa hilang inilah, dia bertemu
Indra. Menggemaskan karena Indra mencintainya. Sedangkan Zaki? Entahlah, yang
jelas dia masih memendam harapan kepada Irwan.
Adakah yang lebih agung selain:
Mengingat sepasang bola mata yang
menyimpan telaga?
Mata yang membuat lelaki
sepertiku:
Begitu damba untuk tenggelam di
dalamnya.
Indra.
Sekejam itukah waktu menjalankan
tugasnya
Sekedar memberi dan mengambil
kembali apa yang ia ciptakan dan anugerahkan
Ia tak lebih kejam daripada
seseorang yang memberikan itu semua kepadanya
Yang tak berhak memiliki sebelum
waktunya.
Zaki.
Hehe
apa maksudnya niy? Jujur aku bleng kalo harus menerjemahkan puisi. Yang jelas
itu bahasa perasaan mereka. Dan aku pajang di sini karena aku suka. Puisi Indra
mengingatkan aku sama lirik lagu Iwan Fals, “ingin kucongkel bola matamu,
cantik” hihi serem dan bikin merinding. Sedangkan puisi Zaki mengingatkan aku
pada sesuatu yang memang “tak berhak memiliki sebelum waktunya” itu bikin
kelepek-kelepek.
Lanjut cerita: Indra menderita Split Personality, Nisa menemui ajal
yang tragis di peternakan babi. Sedangkan Irwan diincar sampai akhirnya menyusul
Nisa. Ironis. Karena Nisa dan Irwan adalah sosok yang soleh. Lalu Airin_psikolog
yang masih mengejar S2_sebagai sahabat semuanya, berusaha memberikan
pertolongan yang terbaik.
Endingnya, Indra sembuh. Lalu,
pertanyaan besar pun tumbuh. Jadi, Indra masih cinta nggak sama Zaki? Berjodoh
nggak sih mereka? Aku haraf Airin professional. Karena selama ini dia yang
paling aku kagumi. Tapi kalo akhirnya dia memberikan hatinya untuk Indra sebagai
obat, hm, kecewa sih. Tapi manusiawi.
Aku nantikan lanjutannya, Kang!
^_^
Ketika buku Suwung yang dipesan
langsung dari Kang Hendra ini, sudah sampai di rumah. Aku sudah melahap habis
sebenarnya. Dapet minjem dari rekan FLP. Tapi masih belum bisa berkata apa-apa,
bukan tidak paham atau pura-pura bego, tapi itu tadi sensasinya kalau novel
bawa-bawa psikologi.
Terlalu sederhana kalau novel ini
hanya dikatakan berisi cerita tentang cinta, atau tentang teka-teki kehidupan
yang menerjemahkan benang merahnya seperti di kasus detektif atau bahkan horror
karena di dalamnya terdapat episode menyeramkan yang bikin syaraf-syarafku racung. (atau emang dasarnya saja aku
penakut hihi).
Namun, hal yang jelas tidak aku
temukan adalah sensasi humor. Nyaris dari bab awal sampai akhir aku lupa untuk
tertawa, dan memang tidak ada yang perlu ditertawakan kecuali senyum penuh
rahasia. Senyum penuh kenangan cinta. Jadi, kupikir novel ini mungkin akan
menjadi sandingan Lupus. Ya, ketika Lupus dkk. bisa membuatku
terpingkal-pingkal, maka INDRA PRATAMA yang menjadi tokoh utama dalam Suwung
ini membuatku berdebar-debar. Kenapa?
Aku jatuh cinta pada karakternya.
Pandangan sinisnya, sejak dialog dengan Irwan, di bab 9 halaman 70-77 mampu
mencuri perhatianku. Kalian mau tahu apa yang mereka bicarakan? Baca saja! Yang
jelas dia sangat mewakili isi pikiranku yang selama ini tak pernah
terdefinisikan. Sedangkan dia dengan santai mampu mengungkapkannya lewat dialog
serta puisi-puisinya yang bikin serrrr… hehe.
Semakin mendekati akhir, aku semakin merasa
aneh sama tokoh Indra yang memang ditumpangi sosok Sulisati. Aku khawatir,
sebenarnya aku lebih suka Sulisati. Kehadirannya seolah mewakili ribuan manusia
tentang makna mencintai yang sesungguhnya. Seolah dialah manusia yang
benar-benar memiliki cinta sejati terhadap lawan jenis.
Aku sering sebenarnya mendengar wujud
kesetiaan laki-laki terhadap sosok perempuan yang dicintainya, Tapi tidak
dengan ujian yang dialami Indra. Ujiannya seperti apa? Baca saja Suwungnya dari
awal, bahkan dari novel pertamanya kalau mau_Masihkah Senyum Itu Untukku_hehe
jadi, sekalian promosi niy. Padahal aku bukan sales Kang Hendra kok!
Ah, sederhana sebenarnya_ujiannya
adalah Suwung_mungkin.
Terus, buat kamu yang cewek,
pasti bakal ngerasa iri deh sama sosok AFRINA ZAKIAH. Dialah yang dicintai
Indra hingga janji cintanya sangat ekstrim.
Bayangin aja, perjanjian antara
Adam atau Iblis dengan Allah. Sampai kiamat pun dua makhluk ini setia dan akan
berusaha memenuhi janjinya sampai mati. Ya, memenuhi janji itulah yang akhirnya
menjadi tujuan hidup mereka. Nah, Indra juga punya janji sama Tuhannya. Dan
janjinya adalah “... terhadap Zaki.” yang baca Suwungnya bener, pasti
manggut-manggut. Pokoknya cinta tiada berujung. gitu.
Uniknya, aku sebel banget sama
Zaki, sekaligus jatuh cinta pada sosoknya. Dia tega nian, pikirku. Karena telah
memaksakan kehendak sendiri dan menyia-nyiakan Indra. Tapi lagi-lagi ini
tentang kesetiaan pada cinta. Zaki dan Indra sama-sama teguhnya, soal siapa
yang ingin dicintainya. Teladan yang bagus sekaligus gila, memang. Yah,
daripada cinta Cuma dengan embel-embel, mending kayak mereka, jujur-natural.
Aku suka Zaki karena kepolosannya juga kebiasaannya yang jago bikin sketsa.
Menurutku dia menggemaskan.
Lalu tiga sosok lagi yang
mewarnai hubungan Indra-Zaki.
Irwan dan Nisa udah almarhum, dan
Airin yang menjadi gantar . Ketiganya
menjadi tokoh penting yang menjadikan kisah Suwung ini utuh. Ibaratnya makanan
bergizi seimbang, Indra-Zaki adalah karbohidrat, Irwan-Nisa, protein dan Airin
adalah mineral. Haha analogi yang buruk. Tapi cukup mewakili.
Point penting yang aku temukan :
entah ini salah atau benar, toh ini Cuma suara penikmat bacaan. Sebentar,
rasanya aku merutuk sendiri, kenapa sih Penulis Suwung ini gak langsung aja diajakin
cuap-cuap di Cianjur? Padahal jarak Bandung-Cianjur nggak seberapa. Hm, aneh!
Begini, aku akhir-akhir ini
disibukkan dengan riset untuk menunjukkan setting yang detail, tapi nyatanya di
Suwung ini, untuk setting porsinya gak terlalu mendetail. Tahu sih, di daerah
bagian Bandung tapi gak sampe nyebutin nama kampus, alamat rumah dan
semacamnya, jenis mobil yang dipakai Airin pun aku gak tahu tapi gak peduli
tuh, yang penting mobilnya nyampe tujuan. Dan nyatanya novel ini tetep asyik,
malah setting ibarat sebagai keterangan saja yang kadang gak penting, asal
tokohnya tetep hidup, hihi. (pikiran agak sesat niy).
Nah, penokohannya yang aku pikir
mampu menyedot konsentrasi. Indra, Zaki, Irwan, Nisa dan Airin dan semuanya
benar-benar hidup. Sempet curiga, ini yang nulis cowok atau cewek kok tahu
banget?! Hehe. Tanggung jawab niy, aku jatuh cinta sama semua tokoh “gizi
seimbang” ini.
Terakhir, efek baca novel Suwung
aku merasa lebih manusiawi. Maksudnya begini, dalam menilai seseorang itu gak
bisa dari sudut pandang yang melulu harus ideal. Keidealan yang nggak sempurna
itu udah sifat dasar manusia. Jadi, lewat Indra aku merasa ditawarkan sebuah
sikap yang lebih keren. Menerima dan tetap setia. Mungkin inikah yang dimaksud
dengan tawakal?
Lalu tentang makna Suwung itu
sendiri, bagi aku yang awam anggap saja sederhananya sebagai sesuatu yang gila
atau gak normal. Namun kadang disadari atau tidak hal itu selalu dibutuhkan
dalam kondisi tertentu. Dan kegilaan adalah milik semua orang. Hanya cara
mengekspressikannya saja yang berbeda-beda, mungkin karena pengaruh tujuannya.
So, apa tujuan hidup kamu? Jangan sampe kegilaanmu sia-sia Cuma karena
tujuannya salah.
Pesan: satu novel lagi dong!
Kupas-tuntas akhir cerita cinta Indra Pratama dan Afrina Zakiah. *_* (jangan
bilang wani piro haha, aku pasti
jawab wani ngaos).
Well, ini celotehku tentang
Suwung dan Kehidupannya_belum tentang penulisnya, hehe. Salut dan kagum sama
karyamu, Kang! Bersyukur sekali bisa mengenal Indra, Zaki dkk. sekaligus mengenalmu.
Cianjur, 10 Jan’ 2013_Deff
Neehaya.